This blog is no longer updated pls post comment to http://yorissebastian.com

Thinking Out of the Box – Execute Inside the Box

Creative City Branding November 30, 2008

Saya baru pulang dari Malang. Saya menjadi salah satu pembicara di Djarum Black Innovation Awards goes to Campus. Di pesawat Sriwijaya Air, saya membaca rencana ‘Visit Babel Archipelago 2010’ yang dicanangkan oleh Menteri Perhubungan – Jusman Syafii Djamal, Dirjen Pemasaran DepBudPar – Sapta Nirwandar, Gubernur Bangka Belitung – Eko Maulana Ali dan pejabat lokal lainnya untuk merencanakan Tahun Kunjungan Wisata Bangka Belitung.

Memang sejak Laskar Pelangi naik ke layar lebar, Belitung langsung naik daun dan mendadak orang terkesima dengan indahnya daerah tersebut.

belitung-by-artonpower-photography-flickr

Setelah tambang timah tak lagi menjadi andalan, pariwisata sangat strategis dijadikan pemasukan untuk daearah ini. Apalagi jaraknya hanya 50 menit dengan pesawat udara dari Jakarta. Belum lagi kalau ingin meraih wisatawan asal Singapore dan Malaysia.

Belajar dari Inggris yang pabrik-pabriknya tutup lantaran kalah bersaing dengan pabrik-pabrik asal China, mereka maju lewat industri kreatif. Saya sempat ke Manchester dalam rangka kompetisi International Young Creative Entrepreneur of the Year di tahun 2006, pabrik-pabrik disana dilestarikan dan dijadikan obyek wisata.

Di luar sana, pemerintah pusat dan pemerintah lokal membuat konsep jangka panjang dalam perencanaan promosi kota. Contoh yang paling legendaris adalah Museum Guggenheim di Bilbao yang dirancang oleh arsitek kenamaan Frank Gehry dan dibuka untuk umum di tahun 1997. Dua tahun kemudian, museum ini masuk dalam film James Bond berjudul The World is not Enough dan setelah itu jumlah turis yang datang untuk melihat museum tersebut lanjut meledak. Kejadian ini kemudian dikenal dengan sebutan ‘Bilbao Effect’ dan memberi inspirasi untuk banyak ‘wow-factor’ architecture dimana-mana.

guggenheim-museum-bilbao

Kalau kita melongok New York, kota yang sempat kena serangan bom 911, namun berbagai plot film yang diambil disini membuat turis seakan tak berhenti untuk datang. Mulai dari Patung Liberty, berbagai pertunjukan theatre di Broadway, Central Park, Manhattan, Times Square sampai toko dessert bernama Serendipity yang semuanya muncul di film-film blockbuster membuat New York tetap ramai pasca bom di WTC. Banyaknya turis juga ditunjang dengan semakin baiknya polisi NYPD menjaga jalanan aman, tidak seperti dulu yang sangat berbahaya jalan. Jadi infra-structure juga harus siap untuk menampung 40 juta turis setiap tahunnya.

Jadi bayangkan kalau di saat film Laskar Pelangi diputar, segala infra-structure pariwisata di Bangka Belitung sudah siap jual…. tentu momentumnya akan sangat luar biasa.

Anyway, better late than never… semoga kota-kota lain melalui APBD nya semakin kreatif menggunakan budget tersebut… masih banyak keindahan alam yang bisa diangkat… masih banyak area yang bisa dibangun ‘wow-factor’ architecture sehingga mengangkat area tersebut dan memberi nilai ekonomi lebih.

Laskar Pelangi telah membuka jalan…

Advertisement
 

International Young Creative Entrepreneur Award 2008/2009 September 3, 2008

taken from my blackberry 8310

taken from my blackberry 8310

Tidak terasa IYCE yang diselenggarakan British Council memasuki tahun ketiga penyelenggaraannya. Saya menjadi peserta di tahun 2006. Lalu setelah menang di Inggris, menjadi juri di tahun 2007 dan sekarang menjadi Event & Sponsorship Consultant untuk IYCE 2008/2009 ini.

Setelah berangkat ke London dan Manchester di tahun 2006, saya merasakan manfaat yang luar biasa untuk saya sendiri maupun untuk industri kreatif Indonesia secara umumnya. Saya ingin lebih banyak anak muda Indonesia ikut IYCE dan menemukan mindset-mindset baru serta tentunya network baru.

Tahun ini, digelar Screen dan Fashion seperti sector yang juga ada tahun lalu. Bedanya music dan design istirahat dulu supaya Interactive dan Communication bisa ikut tahun ini. Sebuah terobosan dalam penyelenggaraannya adalah 4 sector ini digabung selain untuk menghemat biaya organizing, juga untuk membuat networking dari 4 sector ini lebih akrab. Maklum tahun-tahun sebelumnya masing-masing sector dipisah.

Keluar sebagai National Champion adalah (dari kiri ke kanan):

Rachman Ibrahim (Interactive), Sakti Parantean (Screen), Irfan Amalee (Communications) dan Oscar Lawalata (Fashion)

Mudah-mudahan mereka-mereka bisa meneruskan ‘tradisi juara dunia‘ dari Indonesia akan terus berlanjut.

Semakin sukses mereka akan memuluskan langkah Indonesia untuk mengirim 7 sector di 2009/2010 dan seterusnya 9 sector di 2010/2011. Dengan dukungan pihak swasta yang mulai bergulir, seperti Rasuna Epicentrum dan BNI 46, mudah-mudahan rencana British Council mengirim lebih banyak entrepreneur muda ke IYCE tingkat dunia bisa terwujud.

Cross our fingers, they’ll make us proud and learn many things from UK experience.

 

Travel Abroad Broaden Your Vision December 27, 2007

Filed under: creative — yoris72sebastian @ 6:33 pm
Tags: , , , ,

Saya baru-baru ini berkesempatan mengunjungi Manchester. Sejak beberapa tahun terakhir ini, memang saya sudah menjadwalkan untuk pergi ke luar negri minimal 2 kali setahun. Baik itu perjalanan bisnis maupun liburan. Intinya saya keluar dari rutinitas dan melakukan perjalanan penjang.

Seeing new things. Membuat kita tahu lebih banyak. Membuat kita bisa banyak terinspirasi. Ingat, biasakan untuk ambil inspirasinya dan jangan hanya copy and paste. Tidak semua hal di luar negri yang bisa dijalankan di negri kita ini.

Apalagi, untuk menjadi seorang yang kreatif kita harus selalu berusaha membuat yang berbeda. Amati dengan cermat, hal apa saja yang berbeda dan bisa diambil pelajarannya.

Sekali lagi ini memang adalah investasi. Bagus kalau kita bisa membuat tabungan khusus setiap bulan untuk biaya jalan-jalan ke luar negri. Atau kalau kita karyawan dan memiliki pendapatan tetap yang lumayan, bisa juga ambil cicilan kartu kredit sehingga biaya yang keluar tidak langsung ditanggung sekaligus.

Daripada cicil handphone yang canggih, saya lebih memilih handphone biasa tapi bisa ke luar negri. Karena dengan pergi ke luar negri, saya bisa menjadi lebih kreatif dan di kemudian hari, kreativitas saya akan membuat saya mampu membeli handphone yang canggih.

monkey-buddha.jpg

Salah satu alasan kenapa saya memilih pergi ke Manchester International Festival (MIF) bukan ke festival legendaris Glastonbury yang diadakan dalam waktu bersamaan di Inggris bulan Juni lalu adalah karena MIF adalah festival yang menampilkan new work, sesuatu yang baru dan bersifat world premiere. Glastonbury bisa saya tonton di DVD sementara MIF belum tentu karena ini adalah kali pertama diadakan.

Disana saya melihat berbagai hal original. Yang paling menarik adalah sirkus opera Monkey: Journey to the West. Sirkus dan sutradara teater asal China berkolaborasi dengan Damon Albarn dan Jamie Hewlett asal Inggris yang sudah kita kenal lewat karyanya Gorilaz.

Senang melihat kreativitas bisa dijual dan menghidupi sebuah kota kecil dengan penduduk 400.000 (kalaupun ditambah kota sekitarnya menjadi 2,5 juta orang) dan pagelaran yang diadakan 18 hari ini ternyata didanai sebagian oleh Manchester City Council (bahasa lokalnya: pemda).

Jadi pemda setempat tidak hanya mendanai acara kebudayaan tradisional, mereka juga memilih MIF karena festival modern seperti ini mampu menyedot banyak turis lokal dan internasional. Bayangkan, harga hotel melambung dan tetap saja penuh. Restoran dan café sudah tentu jadi ikutan untung. Belum lagi toko-toko dan mall yang juga mendadak ramai. Belum lagi melihat para turis asia yang seliweran membawa paper bag Hard Rock Café dan Manchester United.

Pabrik-pabrik yang sudah tutup karena tidak kuat bersaing dengan pabrik China, sekarang malah dilestarikan dan dijadikan museum. Manchester sekarang ber-evolusi tidak lagi menjad kota industrial. Wah, seru juga ya kalau Bandung bisa seperti mereka. Musik, Fashion, Movie, Design you name it!

Mungkin ada yang bertanya, kok bisa ya pergi nonton festival bukan hanya enjoying the show tapi pulang dengan berbagai macam pandangan baru. Jawabannya simple: biasakan. Insights bisa didapatkan kalo kita terbiasa mengamati hal-hal biasa dari angle yang berbeda. Kalau yang ini harus dibiasakan walaupun sedang di Jakarta, gak harus ke luar negri dulu.

So plan your travel soon and train yourself to get insights, my friend.

Diambil dari majalah Clear – kolom YORISSAYS every person is a creative person