This blog is no longer updated pls post comment to http://yorissebastian.com

Thinking Out of the Box – Execute Inside the Box

Trans 7uara – Juara di hati pemirsa December 22, 2008

Filed under: creative,event,indonesia — yoris72sebastian @ 12:54 am
Tags: , , , , , ,

Beberapa hari yang lalu saat saya sedang merapikan materi workshop buat Management Trainee Ancol, secara tidak sengaja saya nonton program ulang tahun Trans Corp. bertajuk Trans 7uara.

logo_trans7uara

Judul yang menarik, karena setelah saya lihat ternyata memang banyak program-program Trans TV dan Trans 7 yang menjadi juara di hati pemirsa alias juara di rating 😉

Trans Corp memang cukup terkenal dengan berbagai program acara yang unik dan innovative.  Sebut saja mulai dari Termehek-mehek, Me vs My Mom, Empat Mata, Suami-suami takut istri, John Pantau dan masih banyak lagi.

Malah kalau kita ingat sebenarnya konsep AFI dan Idol lebih dahulu dilaunch oleh Trans TV namun waktu itu belum sekuat sekarang.

Intinya, Trans corp. terus ber-inovasi.  Kalau dulu mereka claim sebagai televisi yang segmented dan kuat dengan built in sponsor, kini tampaknya sudah saatnya mereka juga claim rating.

Kesuksesan Trans Corp juga tidak lepas dari kolaborasi tua-muda.  Pak Ishadi dengan segala pengalamannya, memberi kesempatan yang luas bagi para ‘anak muda’ berpotensi seperti Wisnutama (yang kini menjadi Dirut Trans TV) dan Atiek Nur Wahyuni (kini Dirut Trans 7) seperti yang ditampilkan dalam penghujung program ulang tahun bertajuk Trans 7uara.

Program ulang tahun yang dilaksanakan di JCC selama dua jam ini, menurut saya pas dalam menggabungkan teknologi yang ada (walau ter-inspirasi oleh panggung Celine Dion) namun at least mampu memperlihatkan semua hal yang ‘Juara’ dari Trans Corp.  termasuk rating2 yang berjalan di sebelah kanan televisi.  Multi media juga dipergunakan secara maksimal dan berkonsep (berapa hari ya multimedia dikerjakan 😉

Jadi bukan saja artis-artis besar yang ditampilkan, bukan saja teknologi yang ditampilkan, bukan saja hadiah-hadiah yang diundi, namun apakah program tersebut sesuai dengan message yang akan disampaikan…

Once again, salute for Trans Corp. and keep up innovating guys…!!!

Advertisement
 

Creative City Branding November 30, 2008

Saya baru pulang dari Malang. Saya menjadi salah satu pembicara di Djarum Black Innovation Awards goes to Campus. Di pesawat Sriwijaya Air, saya membaca rencana ‘Visit Babel Archipelago 2010’ yang dicanangkan oleh Menteri Perhubungan – Jusman Syafii Djamal, Dirjen Pemasaran DepBudPar – Sapta Nirwandar, Gubernur Bangka Belitung – Eko Maulana Ali dan pejabat lokal lainnya untuk merencanakan Tahun Kunjungan Wisata Bangka Belitung.

Memang sejak Laskar Pelangi naik ke layar lebar, Belitung langsung naik daun dan mendadak orang terkesima dengan indahnya daerah tersebut.

belitung-by-artonpower-photography-flickr

Setelah tambang timah tak lagi menjadi andalan, pariwisata sangat strategis dijadikan pemasukan untuk daearah ini. Apalagi jaraknya hanya 50 menit dengan pesawat udara dari Jakarta. Belum lagi kalau ingin meraih wisatawan asal Singapore dan Malaysia.

Belajar dari Inggris yang pabrik-pabriknya tutup lantaran kalah bersaing dengan pabrik-pabrik asal China, mereka maju lewat industri kreatif. Saya sempat ke Manchester dalam rangka kompetisi International Young Creative Entrepreneur of the Year di tahun 2006, pabrik-pabrik disana dilestarikan dan dijadikan obyek wisata.

Di luar sana, pemerintah pusat dan pemerintah lokal membuat konsep jangka panjang dalam perencanaan promosi kota. Contoh yang paling legendaris adalah Museum Guggenheim di Bilbao yang dirancang oleh arsitek kenamaan Frank Gehry dan dibuka untuk umum di tahun 1997. Dua tahun kemudian, museum ini masuk dalam film James Bond berjudul The World is not Enough dan setelah itu jumlah turis yang datang untuk melihat museum tersebut lanjut meledak. Kejadian ini kemudian dikenal dengan sebutan ‘Bilbao Effect’ dan memberi inspirasi untuk banyak ‘wow-factor’ architecture dimana-mana.

guggenheim-museum-bilbao

Kalau kita melongok New York, kota yang sempat kena serangan bom 911, namun berbagai plot film yang diambil disini membuat turis seakan tak berhenti untuk datang. Mulai dari Patung Liberty, berbagai pertunjukan theatre di Broadway, Central Park, Manhattan, Times Square sampai toko dessert bernama Serendipity yang semuanya muncul di film-film blockbuster membuat New York tetap ramai pasca bom di WTC. Banyaknya turis juga ditunjang dengan semakin baiknya polisi NYPD menjaga jalanan aman, tidak seperti dulu yang sangat berbahaya jalan. Jadi infra-structure juga harus siap untuk menampung 40 juta turis setiap tahunnya.

Jadi bayangkan kalau di saat film Laskar Pelangi diputar, segala infra-structure pariwisata di Bangka Belitung sudah siap jual…. tentu momentumnya akan sangat luar biasa.

Anyway, better late than never… semoga kota-kota lain melalui APBD nya semakin kreatif menggunakan budget tersebut… masih banyak keindahan alam yang bisa diangkat… masih banyak area yang bisa dibangun ‘wow-factor’ architecture sehingga mengangkat area tersebut dan memberi nilai ekonomi lebih.

Laskar Pelangi telah membuka jalan…

 

Pesta Blogger 2008 November 29, 2008

Filed under: creative,indonesia — yoris72sebastian @ 3:05 pm
Tags: , , , , ,

Pesta Blogger digelar lagi. 22 November lalu, Auditorium Gedung BPPT II, lantai 3 dipenuhi ribuan blogger dari seantero Indonesia. Jauh lebih banyak dari Pesta Blogger 2007. Yup, blog semakin mewabah dan memasyarakat.

Senang juga tahun ini bisa ikut dalam breakout session. Saya tampil untuk sharing point of view sebagai seorang consultant… bagaimana blogger bisa tampil ‘out of the box’ diantara 18,900,000 blog yang ada bila kita telusuri di google (khusus Indonesia). Mudah-mudahan bisa memberi inspirasi kepada para blogger yang hadir.

Contohnya? Blogger yang dibawah ini…. kenal dong 😉

raditya-dika-di-pesta-blogger-2008

Raditya Dika, blogger sejak 2002. Blog-nya Kambing Jantan diterbitkan sebagai novel oleh Gagas Media di tahun 2005 dan kini sedang di-filmkan oleh Rudi Sujarwo. Walau terkesan lucu, Radith tidak memilih domain ‘lucu’ tapi domain ‘bodoh’ sehingga tak heran bila kita ketik ‘bodoh’ dan search di google… namanya ada di 10 besar. Sementara kalau kita search ‘lucu’ mungkin lain ceritanya…

Malah kini Radith sudah memiliki publishing sendiri ‘Bukune’ dan telah menerbitkan ‘Babi Ngesot’ yang konon juga segera mendapatkan kontrak film. Saya berharap Bukune Publishing juga segera memberi kesempatan besar bagi para penulis baru untuk menerbitkan karya-karya orisinalnya… seperti saat teman saya Emka (Gagas Media) memberi kesempatan untuk Kambing Jantan terbit tanpa edit persis seperti yang pernah ditampilkan di blog Radith.

So, 2009 will be so much interesting for all the bloggers… masih banyak domain-domain lain yang tersedia… tidak perlu ambil domain ‘bodoh’ juga 😉

 

Sumpah Pemuda 2.0 October 28, 2008

Hari ini 80 tahun Sumpah Pemuda. Saya sebenarnya sangat ingin menggunakan momentum ini sebagai moment untuk membuat orang-orang muda makin nasionalis dan cinta tanah air. Semangat nasionalisme semakin banyak terlihat dari orang muda kita secara modern. Lihat saja VJ MTV Daniel Mananta, yang baru saja meluncurkan baju-baju trendy berlabel DAMN ‘I Love Indonesia’ di FX mall Jakarta.

Cutting seperti Zara, Warna-warna yang modern membalut design-design yang memamerkan budaya Indonesia. Yup, Daniel hanyalah satu dari sekian banyak pop culture yang mulai mengarah ke akar budaya kita sendiri.

Saya sendiri sengaja sering pake baju Garuda Indonesia dan Jendral Sudirman yang saya beli di Alun-Alun Grand Indonesia, untuk menunjukkan bahwa anak-anak muda juga mau menggunakan pakaian yang berbau nasionalis selama tetap disajikan secara modern.

Batik makin menjadi trend karena di-design secara modern. Jadi sebenarnya banyak peluang saat ini kalau kita kreatif membaca peluang. Daniel, yang juga host Indonesian Idol dengan cermat membaca peluang ini. Saya berharap product line ini juga bisa merambah ke luar negri. Seharusnya banyak perusahaan yang juga mengambil moment ini.

Saya yakin, kalau cartoon lokal nantinya akan merajai bioskop Indonesia selama digarap dengan baik dan modern. Saya yakin teater lokal bisa laku keras dengan cerita lokal yang kuat dan digarap dengan standar yang baik. Saya yakin alat musik traditional selama digarap dengan gaya populer nanti akan laku juga. Dan masih banyak lagi contoh…

Mudah-mudahan makin banyak perusahaan yang mau ‘melirik’ potensi tanah air. Seperti BRI Platinum mendanai Bazaar Fashion Concerto dengan tema ‘Tanah Air’

Saat ini semangat nasionalisme sedang tinggi-tingginya. Nasionalisme namun modern. Dan nasionalisme ini bisa mempersatukan bangsa. Itulah Sumpah Pemuda 2.0

 

Laskar Pelangi – Film bagus dan larisss October 11, 2008

“Laskar Pelangi top abissss” demikian pesan dari Yan (one of my partner at the office) tertulis di XL blackberry messenger saya. “Kekuatan cerita atau kekuatan nama Laskar Pelangi yang membuat sukses?” lanjutnya bertanya.

Sebelum saya jelaskan jawaban saya di blog ini. Sebenarnya saya jadi tergelitik soal kekuatan cerita, karena plot cerita Laskar Pelangi sebenarnya mirip dengan plot cerita film Denias di 2006 yang mengantar film ini masuk nominasi kategori film asing untuk Oscar.

Denias juga bercerita mengenai area kaya hasil alam namun tidak berimbas pada penduduknya. Denias juga bercerita mengenai susahnya anak Indonesia di Papua mendapatkan pendidikan yang layak karena kebanyakan orang tua lebih prefer anaknya bekerja. Denias juga diangkat dari kisah nyata.

Denias berhasil menjadi film bagus namun sayang sekali kurang berhasil secara komersil.

Nah, kenapa Laskar Pelangi yang mendulang sukses komersial? (dan saya pribadi berharap Laskar Pelangi akan mendapatkan banyak award juga tentunya… Oscar ;)) Di opening weekend saja LP sudah berhasil menjual sebanyak 470.000 tiket dan tampaknya akan terus bertambah dan (mudah-mudahan) memecahkan rekor Ayat-Ayat Cinta.

Credibility. Faktor pertama yang membuat Mira Lesmana dan Riri Riza berhasil mendapatkan hak film untuk novel laris karya Andrea Hirata. Konon banyak produser dan sutradara yang meminta namun Andrea ‘memilih’ Mira dan Riri.

Best Seller Novel. Faktor ini plus credibility diatas yang membuat investor ‘percaya’ memberikan budget sedemikian besarnya (numbers pls google first) untuk memproduksi film lokal. Saya (melalui Blockbuzzter, selaku salah satu sponsorship consultant untuk film ini) sempat bertanya dengan sang investor, kalau rugi gimana pak? biaya pembuatan film ini tergolong besar untuk film yang produksinya di Indonesia… “Tidak apa-apa, menurut saya ceritanya bagus dan penting untuk ditonton orang banyak…”

Focus on each strength. Selain itu yang paling penting adalah semua pihak yang terlibat fokus pada kekuatan masing-masing. Saya cukup surprised dan senang saat nonton Premier LP di FX Platinum XXi, karena pada awal film tertulis Skenario oleh Salman Aristo (Aris adalah script writer Ayat Ayat Cinta) baru dibawahnya ditulis dibantu Mira Lesmana dan Riri Riza. Artinya Andrea Hirata selaku pengarang novel tidak ikut berkepentingan dalam script writing film ini. Walau tentunya kalau ditanya ke Aris tentunya Andrea Hirata adalah tokoh penting dalam proses penulisan script film ini, dari dialah Aris mendapatkan paling banyak input penting soal naskah film ini.

Jadi setiap orang fokus pada fungsi mereka masing-masing. Masih ingat film Gie (2005) yang menghabiskan 10 Milyar Rupiah. Riri Riza merangkap sebagai sutradara dan script writer.

Lesson learn here.  Use the best people and maximize their strength. Hasilnya menjadi lebih baik dan sangat pas. Aris sendiri sempat bertanya saat selesai premier, “Gimana mas?” jawab saya “Wah ris, pake nanya lagi…. top abisss!! congrats” jawab saya cepat.

Publicity. Tanpa mengembar gemborkan biaya produksi film yang terbilang kolosal. Laskar Pelangi melakukan publisitas yang pas, masuk ke Kick Andy (yang harus diakui juga menjadi faktor sukses novel Laskar Pelangi) untuk membahas film ini. Orang tentunya penasaran melihat akting para bocah asli Belitong, belum lagi tangis Cut Mini saat diwawancara Andy Noya dan tentunya saat Andrea Hirata bilang, “film ini lebih bagus daripada novelnya” makin penasaran-lah para pembaca novel tersebut dan tentunya pemirsa Kick Andy.

Soundtrack. Suka tidak suka soundtrack juga medium promosi yang sangat tepat. Saat tulisan ini saya buat lagu Laskar Pelangi dari Nidji sedang heavy rotation di radio-radio. Iklan RBT dengan cuplikan video clip Nidji 30 detik juga memancing penasaran orang yang belum menonton.

Jadi jawaban saya ke Yan adalah semua serba pas. Kekuatan cerita dan kekuatan nama Laskar Pelangi dimanfaatkan secara proporsional. Sebenarnya masih banyak lagi key success factor dari film Laskar Pelangi, but I save it for my next client… namanya juga consultant 😉

 

Industri Kreatif – Jangan Menunggu Fasilitas September 30, 2008

Yup, sebenarnya itu komentar saya soal industri musik 2 tahun lalu saat interview dengan Orin, wartawan Kompas yang meliput IYCEY 2006 untuk kategori musik yang diselenggarakan oleh British Council. Seperti kita tau, musik Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negri sendiri walau tidak ada fasilitas quota untuk lagu barat dijalankan. (Saat ini para musisi Malaysia sedang mengajukan peraturan untuk pembatasan lagu Indonesia yang diputar di radio-radio. Maklum lagu-lagu kita mendominasi radio dan juga berbagai award di Malaysia).

Sejak kemenangan saya di London itulah, saya mulai sering diundang berbagai pihak (termasuk pemerintah) untuk berbicara soal industri kreatif. Maklum, Inggris memang merupakan negara pertama yang mengangkat industri kreatif sebagai salah satu industri andalan setelah pabrik-pabrik yang dulunya menjadi primadona terpukul oleh pabrik-pabrik asal China yang mampu memberikan qualitas yang sama dengan harga yang relatif murah. Akhirnya Inggris terjebak perang komoditas dan kalah. Untung mereka segera sadar bahwa dulu mereka sebenarnya banyak mendapatkan penerimaan pajak dari musik misalnya… sebut saja Rolling Stones, The Beatles dan masih banyak lagi musisi Inggris yang berjaya di dunia termasuk di Amerika.

Dalam pertemuan awal dengan Departemen Perdagangan, saat itu mereka sedang merancang Indonesia Design Power (yang akhirnya menjadi bibit awal Indonesian Creative Economy lahir). Apalagi wartawan mulai rajin menulis soal industri kreatif. Bola salju terus menggelinding, mendadak semua pihak heboh dengan industri kreatif (yang isinya sebenarnya bukan hal baru di Indonesia) sampai akhirnya DepDag siap dengan konsep cetak biru Creative Economy Indonesia yang disebut dengan “Triple Helix” dimana diperlukan peran serta dari 3 pihak yaitu Pemerintah, Akademisi dan Pengusaha sebagai fondasi industri kreatif Indonesia.

Terus terang banyak yang antipati ataupun pesimis dengan ide ini. Saya sendiri walau tetap mencoba jalan terus dengan segala keadaan yang ada, tetap merasa optimis bahwa bila cetak biru ini diteruskan akan memberikan hasil yang baik di kemudian hari. Bila Pemerintah, akademisi dan pengusaha menjalankan peran mereka sesuai cetak biru, niscaya perekonomian kita bisa sangat terbantu oleh industri kreatif.

industri-kreatif

Beberapa hari lalu, Kompas sempat membuat fokus soal industri kreatif dan dalam satu artikelnya berjudul “Jangan sampai padam di tengah jalan” dan takut hanya menjadi jualan menjelang pemilu. Saya jadi ingat saat saya ikut menjadi salah satu pembicara di seminar sehari membahas industri kreatif di ITB, waktu itu Bandung sedang ramai dengan pemilihan Calon Gubernur. Yang menarik, semua calon Gubernur mencanangkan Industri Kreatif sebagai program kerja mereka.

Nah, mudah-mudahan para calon presiden nanti juga masing-masing mengusung program Industri Kreatif di program kerja mereka… 😉 We have to show them that this is a good industry to be include on their program.

Kembali ke para pemain industri kreatif, sebenarnya spirit entrepreneurship yang sudah ada selama ini jangan sampai melemah lantaran mulai ramainya dukungan dari pemerintah. Dalam salah satu sesi karantina finalist IYCEY 2008-9 lalu, saya juga sempat ingatkan bahwa industri kreatif will find their way… jangan menunggu fasilitas dari pemerintah. Kalau memang dapat…. gunakan dengan baik, kalau tidak dapat…. masih banyak jalan untuk sukses.

Industri fashion berkembang dengan pesat. Lihat saja KickFest di Bandung mampu menghasilkan sales lebih dari 16 Milliar dalam tempo 3 hari exhibition dari para Distro papan atas asal Jawa Barat.

Coba lihat gambar dibawah ini, salah bukti nyata industri film kita sudah menjadi tuan rumah di negri sendiri. Quota film barat yang dibuka oleh pemerintah tidak menutupi para sineas kita untuk bekerja keras dan memenangkan ‘pertarungan’ mendapatkan theatre… (Sineas kita tidak perlu minta quota film barat diberlakukan lagi untuk mendapat tempat di bioskop) Kalau keliling-keliling kota senang melihat hampir semua bioskop dengan 4 studio semuanya film lokal 🙂 Belum lagi Laskar Pelangi full house terus dengan 2 studio 🙂

Industri Kreatif Indonesia harus bisa mandiri… kalau dapat fasilitas, bisa maju lebih kencang, tidak dapat fasilitas… tetap bisa maju 😀

 

Bangkok Dangerous September 16, 2008

Filed under: indonesia,movie — yoris72sebastian @ 10:53 pm
Tags: , , , , , ,

Saya baru nonton film ini minggu lalu… penasaran aja film Thailand yang dulu edar tahun 1999 dengan judul yang sama ini dibeli remake rights nya oleh Saturn Film (Production Company milik Nicolas) dan diproduksi dengan budget US$ 45 Juta Dollar. Nonton film ini lebih untuk belajar dan sebenarnya sangat berharap someday ada film kita yang remake rights nya dibeli dan diproduksi oleh perusahaan sekelas Saturn Film.

Selain itu, penasaran apakah filmnya sesuai dengan judulnya dan tentunya kalau memang benar akan merugikan pariwisata Bangkok dong. Ternyata filmnya memang bener-bener menunjukkan betapa bahayanya Bangkok. Namun kalau dipikir-pikir, New York apa tidak kurang banyak film yang menunjukkan betapa bahayanya New York.

Namun selama itu mengangkat fakta, tentunya tetap menjadi sarana promosi kota tersebut. Selain itu juga memacu untuk gubernurnya makin berbenah. New York dulu dan New York sekarang jauh berbeda. Selain dari website, tentu kita banyak mendapat rekomendasi dari teman yang baru dari New York bahwa New York sekarang sudah ramah turis dan film-film pun makin jauh dari image New York yang berbahaya.

Mungkin sama dengan pemikiran pemerintah Thailand dan gubernur kota Bangkok memberi ijin shooting Bangkok Dangerous. Dengan film ini diputar di seluruh dunia, Bangkok akan makin dibicarakan dan bila dilihat ini merupakan remake film tahun 1999, tentunya sekarang Bangkok sudah banyak berubah.  Tetap saja dari film tersebut, Thailand sudah berhasil promosi club-club malam di Patpong, pasar terapung Damnoen Saduak, kuil Buddha Kao Luang yang eksotis dan tentunya tak ketinggalan Tom Yam Goong… saya baru tau makan Tom Yam pake daun yang bisa reduce pedes… boleh juga tuh

Brand placement haruslah real dan tidak melulu yang bagus-bagus. Kalau sempat nonton Sex and the City the movie, ingat scene dimana Carrie minta handphone dan dikasih iPhone namun akhirnya dia minta hanphone lain karena nggak bisa pake iPhone…. for your record, film tersebut disponsori oleh Apple

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah boleh bikin film berjudul Jakarta Dangerous? Kayaknya belum bisa ya…. wong James bond aja ditolak. Konon “Tomorrow Never Dies” sebenarnya tertarik untuk shooting di Jakarta dan selain promo Jakarta juga membawa sales impact yang besar untuk shooting di Jakarta. Simak berita lengkapnya di situs ini.

Tapi biarin aja, past is past… saya tetap positive thinking bahwa salah satu kota di Indonesia bisa masuk film international, batik menjadi product placement di film international, pemain film kita main di film international… it can happens… we’ll see 🙂 Orang mimpi-mimpi saya di PL Fair sudah menjadi kenyataan semua sekarang 😉

 

Perlu dukungan serius August 16, 2008

Yup, begitulah artikel kompas hari ini soal olahraga Angkat Besi yang sudah tiga olimpiade berturut-turut meraih medali untuk Indonesia. Tahun ini Angkat Besi kembali membuat bendera Merah Putih berkibar di pentas olahraga tingkat dunia, lewat 2 lifter nasional Triyatno dan Eko Yuli Irawan.

Lagi-lagi, sebuah hasil maksimal dari sebuah persiapan yang tidak maksimal. Mengutip artikel di kompas, disebutkan persiapan tim Angkat Besi baru 1-2 tahun menjelang olimpiade digelar. Wah bagaimana ya kalau persiapannya lebih serius dan lebih panjang lagi.

Belum lagi di salah satu tv nasional, dipertontonkan bahwa Triyatno dulu awalnya latihan angkat besi lantaran diberi uang, bukan karena dia suka dan merasa punya ‘passion’ di olahraga ini.

Memang agak sulit untuk membuat orang tertarik dengan olahraga yang kurang populer namun berprestasi international. Saya dan mungkin sebagian besar orang di indonesia malah tidak ingat dengan nama para pahlawan olahraga yang meraih medali dari angkat besi di olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004.

Yang saya ingat adalah peraih medali emas olimpiade dari cabang bulutangkis. Bulutangkis, seperti cabang Angkat Besi selalu menyumbang medali (tradisi emas, bahkan) untuk Indonesia sejak cabang ini dipertandingkan di olimpiade.

"Awas angin ac..."

Walau lebih populer dibanding angkat besi, Bulutangkis pun mulai merosot popularitas dan prestasinya. Masih beruntung kita ada Trans TV yang pada Piala Thomas-Uber lalu cukup ‘kencang’ mengangkat kebanggaan akan olahraga yang dulunya sempat sangat kuat popularitas dan prestasinya ini. (Saya malah waktu kecil ikut antri untuk foto bareng dengan Piala Thomas)

Namun popularitas olahraga kebanggaan kita ini pun mulai surut seiring dengan merosotnya prestasi para atlit bulutangkis. Yang saya takutkan dengan makin banyaknya pemain Indonesia ‘dibajak’ ke luar negri sebagai pemain import disana dengan segala fasilitas yang memadai, maka prestasi bulutangkis kita pun makin menurun. Bahkan ada yang sampai pindah warga negara… wah wah wah… sayang sekali ya… sementara negara lain makin maju prestasinya, kita kok malah merosot.

Sadarkah kita bahwa Jakarta tidak memiliki stadium yang standar international untuk menggelar pertandingan bulutangkis? Istora tidak dirancang untuk memiliki AC sehingga pada saat pertandingan, semburan AC mengganggu arah dan laju shuttle cock.

Padahal animo masyarakat masih cukup kuat, saya saja tidak kebagian tiket semifinal Thomas dan Final Uber Cup lalu. Antrian panjang penonton bulutangkis juga terlihat di depan Istora. Kalau mau beneran belajar dari beberapa negara luar (studi banding beneran), indoor stadium bisa dirancang untuk beberapa fungsi, seperti olahraga, musik, exhibition dan banyak hal lain yang profitable.

Bayangkan bila gedung tersebut juga memampang semua prestasi olahraga bulutangkis kita layaknya sebuah musium modern yang nyaman didatangi… Cross our finger… we will have it in the future.

Every business is a creative business… including sport business 😉

 

Black Innovation Awards (2) Mirip bukan berarti Contek August 5, 2008

Filed under: creative,indonesia — yoris72sebastian @ 12:16 am
Tags: , , , , , ,

Saya cukup senang dengan makin besarnya animo masyarakat dengan event yang memasuki tahun kedua di tahun 2008 ini. Dua tahun menjadi juri, tahun depan OMG Creative Consulting dipercaya untuk melengkapi tim yang ada sebagai Creative Event Planner, so for sure I will need lots of input from you guys who loves Creativity especially Black Innovation Award.

Masih sangat jarang event-event seperti ini dan saya sangat yakin in the future peserta BIA bisa menciptakan sesuatu yang berguna dan akan diproduksi masal dan dikenang sepanjang masa.

Banyak masukan ke blog saya ini mengenai kemiripan produk yang masuk final dengan barang-barang yang sudah ada di internet. Tentu ini menjadi tanggung jawab moril dari para peserta untuk tidak mengambil ide dari produk yang sudah ada. Karena itu kalau diperhatikan biasanya 4 pemenang BIA selalu sifatnya berguna dan sangat Indonesia.

Mengutip quote dari Bernice Fitzgibbon, “Creativity often consist of merely turning up what is already there” Jadi selama produk tersebut tidak copy paste, masih ada kemungkinan untuk produk tersebut masuk final apalagi kalau reason-nya sangat Indonesia.

Ide yang mirip sangat mungkin keluar dari beberapa orang yang berbeda walau tidak necessary salah satunya nyontek. Salah satu yang baru-baru ini heboh adalah Bagi-bagi Uang 100 Juta dalam peluncuran buku Tung Desem Waringin yang awalnya ingin dilakukan di Parkir Timur Senayan 1 June lalu. Berbagai pro dan kontra timbul dan sebuah email juga masuk dari salah seorang pengamat creativity bahwa acara serupa sudah dilakukan 25 Januari 2008 lalu di Jerman oleh Marco Hilgert seorang pengemudi truk yang menang kontes radio dengan hadiah sebesar 100.000 Euro (sekitar 1,4 Milyar Rupiah).

Kontes tersebut sangat sederhana, apa yang anda akan lakukan bila anda diberikan uang 100.000 Euro? Ada yang rela dirontokkan semua giginya atau ada yang berani berenang di kubangan limbah. Marco menang lantaran menjawab, saya hanya akan ambil 25% dan sisanya akan saya bagi-bagikan pada orang lain. Sementara semua orang bernapsu mendapatkan 100.000 Euro untuk dirinya sendiri, Marco masih memikirkan orang lain.

Walau Marco membagikan uang di akhir Januari – beberapa bulan lebih awal dari Tung Desem bagi-bagi uang, saya toh positive thinking bahwa yang dilakukan Tung Desem walau mirip tapi tidak meniru Marco. Terkadang ide bisa mirip namun selama context maupun reasonnya beda, sah-sah saja. Kecuali ada radio station yang lantas latah bikin quiz radio dengan hadiah 100 Juta dengan pertanyaan Quiz, “Apa yang akan kamu lakukan bila mendapat 100 Juta Rupiah?” Itu baru namanya copy paste ;-p

 

Trend Batik June 22, 2008

Filed under: indonesia — yoris72sebastian @ 3:54 pm
Tags: , , , , , , ,

Seneng juga melihat Batik menjadi trend saat ini.  Bukan hanya di Pekan Produk Budaya Indonesia minggu lalu, dimana saya menjadi moderator untuk talkshow mengenai Industri Musik sebagai salah satu industri penting di Industri Kreatif yang diharapkan menjadi salah satu penunjang dicapainya Indonesia Emas 2030.

Jadi pake Batik sekarang tidak hanya ke kawinan, sudah mulai banyak batik casual yang keren-keren sehingga mau itu ke mall, ke event-event dan juga ke gereja semua orang pakai batik 🙂  Yang seru-seru sih tentunya buat para wanita ya.. pilihan mereka jauh lebih banyak.  Untuk kaum pria kayaknya belum sebanyak perempuan ya (saya aja masih harus jahit karena batik yang ‘ready to wear’ belum banyak yang modern).  Anak kecil juga sudah mulai banyak pilihan batiknya.

Jadi sebenarnya tidak perlu takut anak-anak muda modern, toh mereka juga tetap akan cinta dengan budayanya selama disajikan dengan baik dan modern.  Salah satu baju favorit saya saat ini adalah baju gambar Garuda Pancasila yang saya beli di Alun Alun Grand Indonesia.  Dipakai kemana-mana selalu diperhatiin dan ditanya orang beli dimana? ;-p